OBSERVASI KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG
LAPORAN OBSERVASI KEARIFAN LOKAL KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG
Untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Matakuliah Agama Lokal
Dosen Pengampu : Dra. Siti Nadroh, M.A.
Oleh :
Nadya Qurotu A’yunia Imaz
11150321000044
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu lalu menyempurnakannya, yang mengutus Rasul-Nya Muhammad SAW. Dengan membawa agama ini, lalu ia menyampaikan dan menjelaskannya. Dia memilihkan bagi nya sahabat dan pengikut yang memiliki semangat yang tinggi untuk menyampaikan dan mengajarkannya memelihara dan membukukannya, sehingga agama ini sampai ketangan orang - orang khalaf sebagaimana yang diterima oleh orang - orang salaf, segar mempesona sepanjang masa.
Atas karunia Allah pula penulis bisa menyusun laporan kegiatan observasi matakuliah Agama Lokal ini dengan baik dan lancar, yang nantinya laporan ini akan menjadi bukti telah mengunjungi obyek observasi di Kampung Budaya Sindangbarang Bogor.
Laporan kegiatan observasi ini telah di lengkapi dengan gambar-gambar beserta informasi dari obyek-obyek observasi sejauh informasi yang telah kami dapatkan dari Kampung Budaya Sindangbarang Bogor Jawa Barat.
Laporan hasil kegiatan observasi yang telah di susun ini mungkin sangatlah jauh dari kata sempurna. Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan laporan kegiatan observasi ini. Untuk itu mohon kritik dan sarannya demi kesempurnaan laporan ini.
Ciputat, 25 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang ……………………………………………….. 2
- Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
- Tujuan Observasi ……………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
- Letak Geografis dan Rute Perjalanan .……………………… 4
- Sejarah Kampung Budaya Sindangbarang …………………… 4
- Suasana Kampung Budaya Sindangbarang ………...………… 5
- Rumah Adat Kampung Budaya Sindangbarang ………….…. 6
- Upacara Tradisi Adat dan Kegiatan Keseharian ………….…. 8
- Mitos dalam Adat Kampung Budaya Sindangbarang …….… 9
- Kesenian Kampung Budaya Sindangbarang ………………. 10
BAB III PENUTUP
- KESIMPULAN ……………………………………………… 11
- SARAN ……………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman etnik atau suku bangsa dan budaya, serta kekayaan dibidang seni dan sastra. Semua sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional.
Salah satu ragam suku yang memiliki kekayaan budaya adalah Desa Sindangbarang. Desa ini terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Di desa ini terdapat sebuah kampung budaya yang bernama Kampung Budaya Sindangbarang.
Menjejak Kampung Budaya Sindangbarang seperti masuk ke mesin waktu ke masa ratusan tahun lampau di mana kerharmonisan manusia dan alam masih begitu lekat. Inilah perkampungan yang merepresentasikan jati diri orang-orang sunda, Iengkap dengan tradisi budaya yang masih lekat dan dijunjung tinggi oleh warganya. Di sini akan dengan mudah ditemui anak-anak yang sedang belajar kesenian tradisional, ibu-ibu sibuk menumbuk padi dengan lesung atau memasak dengan menggunakan hawu (tungku tradisional, dan para petani yang sedang bekerja di sawah. Kehidupan yang sudah sangat sulit kita temui di zaman modern ini.
Sebagai perkampungan yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat leluhur, bentuk bangunan rumahnya pun dibuat sedemikian rupa sehingga tampak sama dengan apa yang tertulis dalam pantun Bogor tentang Kampung Sindangbarang di masa lampau.
Berdasarkan penjelasan di atas kami akan mencoba memberikan informasi lebih mendalam tentang sejarah, upacara, kesenian, rumah adat dan juga peninggalan-peninggalan lainnya yang masih terjaga di kampung Sindangbarang ini.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, objek dari penelitian obsrvasi ini adalah masyarakat etnis Kampung Sindangbarang. Fokus penelitian ini dibatasi pada masalah tradisi keagamaan masyarakat tersebut dengan melihat tradisi agama.
Berikut perumusan permasalahan tersebut berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
- Dimana letak geografis dan rute menuju kampung budaya Sindangbarang?
- Bagaimanakah sejarah kampung budaya Sindangbarang?
- Bagaimana suasana di kampung budaya Sindangbarang?
- Bagaimana bentuk rumah adat kampung budaya Sindangbarang?
- Bagaimana upacara dan tradisi adat kampung budaya Sindangbarang?
- Bagaimana kesenian kampung budaya Sindangbarang?
- Tujuan Observasi
Tujuan yang hendak dicapai dalam observasi ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai gambaran tentang kehidupan agama dan sosial masyarakat etnis kampung budaya Sindangbarang. Penelitian ini juga ditunjukkan untuk mengetahui lebih jauh perubahan sosial budaya yang terjadi dalam tradisi mereka.
Adapun hasil observasi ini diharapkan dapat memiliki kegunaan yang bersifat teoritik dan praktis. Secara teoritik, penelitian ini merupakan satu sumbangan sederhana bagi pengembangan studi agama lokal, terutama karena observasi ini mengkaji tentang kepercayaan-kepercayaan yang ada pada etnis kampung tersebut. Adapun secara praktis, penelitian ini akan memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan adanya kepercayaan yang ada di etnis kampung tersebut.
Disamping itu, observasi ini diharapkan memperkaya khazanah kepustakaan mengenai kepercayaan yang di anut pada etnis kampong budaya Sindangbarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pelaksanaan Observasi
Hari : Sabtu, 25 Maret 2017
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Kp. Sindangbarang Ds. Pasir Eurih Kec. Tamansari Kab. Bogor
- Narasumber
Abah Akut
sebagai Ketua Adat Kampung Budaya Sindangbarang
- Letak Geografis dan Rute Perjalanan
Kampung Budaya Sindang Barang terletak di Jalan Endang Sumawijaya, RT. 02 / RW. 08, Sindang Barang, Dukuh Menteng, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Pasireurih, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Lokasinya tidak begitu jauh dari Kota Bogor, hanya sekitar 5 kilometer.
Ada beberapa rute untuk mencapai kampung budaya ini sesuai asal kedatangan Anda. tetapi bagi Anda yang berasal dari luar kota dan memakai kendaraan umum. Misalnya dari Jakarta atau Bandung Anda bisa menumpang bus yang menuiu ke Terminal Baranangsiang Bogor. Dari Terminal ini, perjalanan bisa Anda lanjutkan dengan naik angkot 13 jurusan Bantarkemang-Ramayana, atau angkot 06 jurusan Ciheuleut-Ramayana. Kemudian anda turun di Bogor Trade Mall (BTM), lalu naik angkot 03 jurusan Ramayana-Ciapus yang bertanda ‘SBR” (Sindangbarang).
- Sejarah Kampung Budaya Sindang Barang
Kampung Sindang Barang dipercaya sudah ada sejak abad ke-XII. Menurut latar belakang sejarahnya yang terdapat dalam Babat Pajajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor, terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan Ibu kotanya Kutabarang. Selain itu, Sindang Barang merupakah sebuah keraton tempat tinggal salah satu istri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Guru Gantangan adalah putra dari Prabu Siliwangi dan Kentring Manik Mayang Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan di Sindangbarang, yang mana penguasa Sindangbarang pada saat itu adalah Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Di tempat ini pula, zaman dahulu prajurit-prajurit Sunda ditempa agar siap membela kerajaan dari segala marabahaya. Konon katanya, Kampung budaya ini dulunya merupakan tempat berlatih para ksatria kerajaan. Ada pula situs purbakala peninggalan Kerajaan Sunda yang bisa Anda lihat ketika trekking melewati persawahan dan sungai. Dahulu pada zaman ini agamanya yaitu Sunda Wiwitan. Berlatar sejarah tersebut, kini Sindangbarang menjelma menjadi kampung budaya yang bertekad meneruskan kearifan lokal dari akar tradisi leluhur mereka.
Asal-usul nama Sindang Barang berasal dari kisah sejarah Perang Bubat antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Majapahit. Dahulu ada kisah dimana Raja dan keluarga dari Kerajaan Galuh datang kerajaan Majapahit. Singkat cerita, karena terjadi perselisihan, akhirnya seluruh rombongan dari Kerajaan Galuh dibunuh oleh pasukan Kerajaan Majapahit, akibat dari kejadian tersebut hubungan antara Kerajaan Sunda dan Majapahit menjadi renggang. Bahkan, sampai ada ucapan dari para sesepuh kerajaan Sunda bahwa tidak boleh ada lagi hubungan antara orang keturunan Sunda dengan orang keturunan Majapahit. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan antara kerajaan Sunda dan kerajaan Majapahit kembali membaik. Ternyata masih ada satu Puteri Mahkota yang tidak setuju kalau kerajaan Galuh kembali akur dengan Majapahit. Hingga akhirnya ia minggat dari kerajaan tersebut dan membuat perkampungan diberi nama Sindang Barang.
Nama Sindang Barang diambil dari bahasa Sunda kuno. Sindang artinya berhenti atau pergi, sedangkan Barang berarti segala urusan. Hingga sekarang, nama Sindang Barang digunakan sebagai nama tempat di Bogor.
Kampung Budaya Sindangbarang dahulunya memiliki nama Kampung Adat Sindangbarang, kemudian diganti menjadi Kampung Budaya Sindangbarang pada tahun 2006 dan diresmikan pada tahun 2007. Alasanya karena untuk melestarikan suatu seni dan budaya. Dan jika tidak diubah maka akan sulit dikembangkan apabila terus mengikuti dan kukuh pada pendirian adat yang memiliki banyak aturan.
- Suasana Kampung Budaya Sindangbarang
Doc.Pribadi
Kampung budaya Sindang Barang ini, masih asri dan khas. Tempatnya yang sejuk masih terdapat sawah-sawah yang membentang disekitarnya dan jalanan yang berbatuan. Serta banyak bambu membuat tempat ini lebih terlihat asri seperti zaman sunda terdahulu.
Adapula kolam ikan dan dapur di sekitaran kampung tersebut , di kolam tersebut terdapat ikan emas yang jika banyak turis yang datang , di adakannya permainan untuk meangkap ikan. Letak dapur dan kolam ikan tersebut tidak terlalu jauh, hanya saja dapur yang di dalam rumah tepatnyanya di belakang, dan kolam ikan letaknya di belakang di luar rumah.
Lingkungan di kampung tersebut seperti desa, tetapi budaya – budaya di kampung tersebut tidak kalah indahnya dengan kampung di kebudayaan lain. Pakaian di kebudayaan tersebut juga tergolong pakaian yang masih digunakan oleh orang tradisional di pasundan, Jawa Barat. Karena letak kampung ini adalah di Jawa Barat, maka budaya yang kental dan yang terdapat di kampung ini adalah budaya adat sunda.
Kebudayaan yang menjadi kebiasaan mereka adalah bahasa yang mereka gunakan yaitu menggunakan bahasa sunda yang kental, dan pakaian yang digunakan masih memakai blankon ikat. Di kampung sindang barang ini, orang–orang yang singgah atau tinggal di sindang barang ini pun memakai baju khas pasundan atau sunda, dan yang laki–laki, memakai kain di atas kepalanya, seperti blankon jika di jawa tengah. Tetapi ketua adat di sindang barang tersebut menjelaskan kalau kain yang dipakainya itu adalah asal mula awal dari terbentuknya blankon yang lebih praktis, dibandingkan dengan blankon kain yang diikat – ikat yang berasal dari sunda modern.
Blankon ikat adalah blankon yang bentuknya seperti tutup kepala, yang seperti dikatakan oleh wakil dari kepala kampung tersebut adalah blankon jawa yang awalnya adalah dari jawa barat, kemudian jawa–jawa lainnya mengikuti modelnya tetapi seperti topi.
- Rumah Adat Kampung Budaya Sindangbarang
Saat ini rumah-rumah adat di Kampung Budaya Sindangbarang telah direkontruksi dan direvitalisasi dengan bimbingan dan petunjuk dari Bapak Anis Djatisunda seorang Sesepuh Sindangbarang dan Budayawan Jawa Barat. Revitalisasi budaya dan rumah-rumah adat tersebut memang perlu dilakukan agar orang sunda tidak kehilangan jati dirinya. Rumah – rumah yang terdapat di sindang barang masih terbuat dari bilik – bilik, atau seperti anyaman yang terbuat dari bambu, baunya pun masih terasa, dari pintu, tembok dan jendelanya pun masih terlihat jelas, seperti rumah adat sunda.
Di kampung sindang barang ini pun, terdapat rumah yang berstruktur di zaman pajajaran seperti :
- Imah Gede, dahulu disebut rumah raja atau dalam adat jawa modelnya seperti keraton. Karena telah menjadi kampung budaya kemudian tempat tersebut disebut sebagai Imah Gede yang sekarang menjadi tempat tinggal kepala adat kampung budaya Sindangbarang.
Doc.Pribadi
2. Saung telu, adalah tempat hiburan pada zaman dahulu.
Doc.Pribadi
- Girang Serah, yaitu rumah penasehat pimpinan atau penasehat raja. Kalau dalam kerajaan disebut sungkleman silengser (Penasehat Raja).
Doc.Pribadi
- Saung Lisung, adalah tempat menumbuk padi disana terdapat 2 lumbung padi yang digunakan ketika upacaran penumbukan padi atau saat upacara Seren Taunan.
Doc.Pribadi
5. Leuit atau lumbung, tempat menyimpan padi.
Doc.Pribadi
- Bangunan Pasanggrahan, sebagai tempat istirahat para tamu adat yang datang untuk berkunjung. Dahulu tamu tidak diperbolehkan menginap serumah dengan kepala adat. Jadi kepala adat menyediakan rumah khusus bagi tamu adat yang datang.
Doc.Pribadi
- Bale Riungan, yaitu sebagai tempat musyawarah mufakat ketika ada event-event tahunan. Juga sebagai tempat berkumpul dan bermusyarawah masyarakat dengan ketua adat dan para kokolot. Kokolot adalah mereka yang dianggap sebagai sesepuh kampung Sindangbarang.
Doc.Pribadi
- Bangunan Tampian, zaman dahulu kamar mandi tidak diperbolehkan berada di dalam rumah. Sebab dulu ritual dilaksanakan terus-menerus jadi setiap hari rumah itu harus dalam keadaan bersih.
Doc.Pribadi
- Tanjung Bale Agung, kalau sekarang di sebut musholla sebagai tempat ibadah masyarakat kampung Sindangbarang.
- Upacara Tradisi Adat dan Kegiatan Keseharian
Untuk menjaga secara agar seni dan kebudayaan ini tetap utuh, diselenggarakan upacara adat, seperti :
- Seren Taun, Upacara ini bertujuan sebagai ungkapan syukur penduduk Sindangbarang kepada sang pencipta atas hasil panen yang diperoleh. Dengan upacara ini diharapkan pula agar hasil panen selanjutnya menjadi lebih baik. Tetapi sekarang ini upacara ini bertujuan menyambut bulan Muharam atau Tahun Baru Islam.
Kemudian pada abad ke 16 kerajaan Padjadjaran bubar lalu digantikan oleh pemerintahan islam. Untuk mengangkat kembali budaya islam Seren Taun berubah menjadi sedekah bumi, yang awalnya di peringati dengan memotong kepala kerbau atau kambing dan menguburnya. Kemudian para ulama melakukan sedekah bumi dengan mengubah waktu peringatan Seren Taun pada bulan 1 muharram.
Jadi, perbedaan seren taunan pada Banten, Cibubur, dan Sindangbarang yaitu kalau banten dan cibubur itu lebih mengarah panen padi tetapi kalau sindang barang ini lebih ke peringatan tahun baru islam yang terjadi pada 1 muharrom.
Pelaksanaan Seren Taunan selama 3 hari dianjurkan pada hari jum’at sampai minggu:
- Pada malam jum’at para kokolot berkumpul melakukan ritual.
- Jum’at pagi pengambilan air di 7 mata air yang diambil oleh para kokolot di iringi dengan seni-senian.
- Jum’at sore mengambil ikan di sungai. Berhubung karena ikan nya sekarang sudah tidak ada jadi panitia menyiapkan ikan sebanyak 1 kwintal.
- Malam sabtu yaitu siraman rohani dengan membacai air tersebut dengan ayat-ayat suci.
- Sabtu pagi yaitu sedekah kue
- Lugel munding memotong kerbau. Pala, satu paha, dan jeroan kerbau dibagikan ke para tamu. Yang selebihnya diberikan ke anak yatim dan janda.
- Sabtu sore semua kesenian yang terdapat di kampung budaya ini di tampilkan.
- Sabtu malam hiburan adat sunda.
- Minggu pagi masyarakat membawa hasil panen yang mereka punya, lalu pemimpin upacara ersebut berdoa. Setelah berdoa mereka memperebutkan hasil panen yang mereka bawa.
- Upacara menanam padi, yang pada satu tahun dilakukan hanya satu bulan tepat di bulan 10 yang dihitung berpatokan dengan alam.
- Pesta pueragurubumi, yang diadakan setiap 8 tahun sekali atau sawindu sekali
Berikut merupakan beberapa upacara adat yang dilaksanakan di Kampung Budaya Sindangbarang. Kemudian untuk kegiatan sehari-hari para penduduk masihlah sangat tradisional. Kampung ini sengaja dijaga agar tak tersentuh oleh kecanggihan teknologi. Kegiatan memasak para ibu-ibu masih menggunakan kayu bakar dan hawu yakni sebuah kompor tradisional.
Sedangkan untuk memasak nasi biasanya mereka akan menumbuknya terelebih dahulu di lisung. Lisung merupakan alat penumbuk padi tradisional yang telah digunakan sejak jaman dahulu. Kegiatan lain yang dilakukan oleh para penduduk Sindangbarang adalah bercocok tanam. Semua itu dapat anda pelajari hanya di Kampung Budaya Sindangbarang, Bogor.
- Mitos dalam Adat Kampung Budaya Sindangbarang
Di kampung sindang barang rata -rata penduduknya lebih kepada alam, namun di kampung ini rata-rata menyamakan kebudayaannya dengan agama, karena penduduk masih percaya akan mitos-mitos yang ada. Walaupun sudah zaman modern sekarang, penduduk di kampung ini pun sangat mempercayai tentang mitos, walaupun kebanyakan penduduknya yang beraga islam.
Ada 4 unsur di dunia ini, yaitu tanah, air, angin, dan api. Jika ke 4 unsur itu dapat mengenai kita dan dapat hancur jika dirusak. Atau kejadian-kejadian alam yang bisa terjadi dengan sendirinya. Seperti kebakaran, tanah longsor, angin puting topan, atau juga tsunami. Namun ada baiknya jikalau kita dapat menjaga alam dengan baik. Secara alam, terdapat adanya energi yang dapat menyerap energi di kehidupan, yang bernama pamali. Kebiasaaan kebudayaan yang seperti itu masih berlaku dan kekompakan orang adat tersebut yang masih berdekatan. Di budaya ini tidak sembarangan, biasanya tidak percaya dengan mitos tetapi jika harus percaya maka percaya dengan terpaksa, dan mengikuti arah mata angin.
- Kesenian Kampung Budaya Sindangbarang
Di Kampung budaya Sindangbarang terdapat 8 macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya. Yaitu : Seni Gondang, Parebut Se’eng, Kendang Pencak, Seni Reog, Angklung gubrag, Rampak Gendang, Calung dan Jaipong.
Untuk melestarikan kesenian tradisional di kampung budaya, maka diselenggarakan pelatihan tari dan gamelan untuk generasi muda secara gratis oleh Kampung Budaya Sindang Barang, Anak-anak muda yang telah mahir di bidang kesenian masing-masing maka akan dilibatkan dalam pementasan menyambut tamu yang tentunya akan menambah penghasilan untuk mereka sendiri.
Disini terdapat pula situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Pajajaran berupa Bukit-bukit berundak. Untuk melestarikan situs-situs purbakala , kampung budaya bekerja sama dengan FIB UI melakukan penelitian, dokumentasi dan menyelenggarakan seminar mengenai situs peninggalan kerajaan Pajajaran tersebut. Cerita rakyat mengenai Sindangbarang sendiri telah dicoba untuk dibukukan oleh teman-teman dari FIB UI.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kampung Budaya Sindang Barang terletak di Jalan Endang Sumawijaya, RT. 02 / RW. 08, Sindang Barang, Dukuh Menteng, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Pasireurih, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Kampung Sindang Barang dipercaya sudah ada sejak abad ke-XII. Dahulunya di Kampung Budaya ini terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan Ibu kotanya Kutabarang. Selain itu, Sindang Barang merupakah sebuah keraton tempat tinggal salah satu istri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Konon katanya, Kampung budaya ini dulunya merupakan tempat berlatih para ksatria kerajaan. Ada pula situs purbakala peninggalan Kerajaan Sunda yang bisa Anda lihat ketika trekking melewati persawahan dan sungai. Dahulu pada zaman ini agamanya yaitu Sunda Wiwitan.
Rumah – rumah yang terdapat di sindang barang masih terbuat dari bilik – bilik, atau seperti anyaman yang terbuat dari bambu, baunya pun masih terasa, dari pintu, tembok dan jendelanya pun masih terlihat jelas, seperti rumah adat sunda. Diantaranya ada : Imah Gede, Saung telu, Girang Serah Saung Lisung, Tempat Kesenian, 2 Bangunan Pasanggrahan, Bale Riungan, Bale Pertirtaan, 2 Bangunan Tampian, Tanjung Bale Agung, 3 bangunan Panengeun, 6 bangunan Pangiwa.
Upacara adat dan tradisi nya yaitu, Seren Tau, Upacara menanam padi, Pesta pueragurubumi. Dan di Kampung budaya Sindangbarang terdapat 8 macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya. Yaitu : Seni Gondang, Parebut Se’eng, Kendang Pencak, Seni Reog, Angklung gubrag, Rampak Gendang, Calung dan Jaipong.
- Saran
Begitu banyak keunikan serta tradisi adat dari berbagai belahan di Indonesia. Dengan keberagaman seperti itu kita sebagai warga Indonesia harus melestarikan kesenian-kesenian adat yang ada agar kelak anak cucu kita yang lainnya tetap mengenal dan mengetahui tradisi-tradisi adat kesenian Indonesia yang salah satunya ada di Kampung Budaya Sindang Barang ini.
Tari Pencak Salancar
Tarian ini dilakukan atau dipertunjukkan setiap hari minggu, tarian ini dilakukan oleh anak-anak atau pun orang dewasa. Tarian ini dimainkan degan memakai baju berwarna hitam karena warna hitam mengandung arti di Kampung Budaya Sindang Barang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar